Jika bicara tentang usaha peternakan dan perikanan, banyak orang berpikir harus memilih salah satu. Padahal, bisnis ayam petelur dan ikan bisa dijalankan berdampingan, saling mendukung, dan menghasilkan keuntungan berlipat.
Kenapa? Karena dua usaha ini memiliki siklus produksi yang saling melengkapi. Ayam menghasilkan telur setiap hari, sementara ikan tumbuh perlahan tapi punya pasar yang luas. Bahkan limbah satu usaha bisa dimanfaatkan untuk mendukung usaha lainnya.
Mari kita bahas bagaimana dua usaha sederhana ini bisa menjadi satu ekosistem bisnis yang efisien dan menguntungkan.
1. Kenapa Menggabungkan Ayam Petelur dan Ikan Itu Cerdas?
Biasanya peternak ayam petelur hanya fokus pada telur, sementara pembudidaya ikan hanya fokus pada panen ikan. Tapi jika digabungkan, Anda mendapat beberapa keuntungan:
✅ Pakan ikan dari limbah ayam
Kotoran ayam (dengan pengolahan tertentu) bisa dijadikan pupuk plankton untuk kolam ikan. Plankton ini menjadi pakan alami ikan.
✅ Penghematan biaya
Anda tidak perlu beli pupuk kolam tambahan, karena limbah ayam sudah cukup memperkaya nutrisi air kolam.
✅ Dua sumber penghasilan berbeda
Telur ayam bisa dijual harian, sedangkan ikan bisa dipanen per 3–6 bulan. Jadi ada pemasukan rutin dan pemasukan musiman yang lebih besar.
✅ Pasar yang sama, logistik efisien
Jika Anda sudah punya jalur distribusi ke pasar atau warung, telur dan ikan bisa dijual bersama. Sekali antar, dua produk laku.
Inilah yang disebut model usaha terpadu, memanfaatkan satu sumber daya untuk beberapa hasil.
2. Modal & Lahan: Bisa Dimulai Skala Kecil
Tidak perlu langsung ratusan ekor ayam atau ribuan bibit ikan. Anda bisa mulai skala kecil untuk belajar manajemen dulu.
Contoh skala rumahan:
-
Ayam petelur: 50–100 ekor
-
Kolam ikan: 1–2 kolam terpal ukuran 3×4 meter
Estimasi modal awal:
-
Kandang ayam sederhana: Rp 3–5 juta
-
Kolam terpal & bibit ikan: Rp 3–4 juta
-
Bibit ayam petelur siap produksi: Rp 60–80 ribu/ekor
-
Pakan awal: Rp 1–2 juta
Dengan modal sekitar Rp 15–20 juta, Anda sudah bisa mulai bisnis mini ini.
3. Cara Mengelola Ayam Petelur
Ayam petelur mulai menghasilkan pada umur 4,5–5 bulan. Jika dipelihara dengan baik, produksi telur bisa 70–90% per hari.
Tips penting:
-
Pilih bibit ayam petelur unggul, seperti Lohmann Brown atau Isa Brown.
-
Jaga kebersihan kandang agar ayam sehat dan tidak stres.
-
Beri pakan berkualitas + suplemen mineral supaya produksi stabil.
-
Atur pencahayaan kandang (minimal 16 jam/hari) agar ayam tetap aktif bertelur.
Jika punya 100 ekor ayam, produksi telur bisa 60–80 butir per hari. Kalau dijual Rp 2.000–2.200/butir, Anda sudah punya pemasukan Rp 120.000–170.000 per hari.
4. Cara Mengelola Kolam Ikan
Untuk kolam ikan, Anda bisa pilih ikan nila, lele, atau gurame—tergantung pasar lokal.
-
Lele: panen cepat (2,5–3 bulan), cocok untuk cashflow cepat.
-
Nila: rasa lebih disukai, panen 3–4 bulan.
-
Gurame: harga lebih tinggi, tapi panen lebih lama (6 bulan).
Tips sukses kolam ikan:
-
Gunakan air yang kaya nutrisi—ini bisa diperoleh dari air limbah kandang ayam yang sudah diendapkan.
-
Tebar bibit sesuai kepadatan ideal, jangan berlebihan.
-
Campur pakan pelet dengan pakan tambahan murah seperti sisa sayuran atau maggot.
-
Pantau kesehatan ikan agar tidak terkena penyakit massal.
Jika 1 kolam ukuran 3×4 m bisa menampung 1.000 bibit lele, dengan survival rate 80%, maka saat panen bisa dapat ±800 ekor. Harga jual lele konsumsi sekitar Rp 20–25 ribu/kg (±5 ekor/kg), jadi potensi omzetnya Rp 3–4 juta per kolam setiap 3 bulan.
5. Sinergi Antar Keduanya
Inilah bagian menariknya—bagaimana ayam petelur dan ikan bisa saling mendukung:
-
Limbah kotoran ayam → pupuk plankton kolam ikan
Air limbah kandang ayam bisa diproses sederhana lalu digunakan untuk memperkaya kolam ikan. -
Sisa pakan ayam → pakan ikan
Pakan ayam yang jatuh atau tersisa bisa diberikan ke ikan lele, jadi tidak terbuang. -
Telur retak → pakan ikan bernutrisi
Telur yang retak (tidak layak jual) bisa diolah menjadi campuran pakan ikan. -
Sekali distribusi, dua produk terjual
Saat Anda antar telur ke warung, bisa sekalian tawarkan ikan segar. Hemat biaya transport, keuntungan dobel.
6. Pemasaran: Jangan Hanya Tunggu Pembeli
Karena produk Anda konsumsi harian, pemasarannya sebenarnya lebih mudah. Strategi cepat laku:
✅ Jual langsung ke tetangga / komunitas lokal → telur segar & ikan segar lebih diminati daripada beli di pasar.
✅ Buat paket langganan mingguan → misal 1 kg ikan + 10 butir telur per minggu.
✅ Jalin kerja sama dengan warung makan, katering, atau pedagang pasar → mereka butuh stok rutin.
✅ Manfaatkan media sosial lokal → upload stok harian di grup WhatsApp RT atau Facebook Marketplace.
Dengan strategi ini, stok Anda akan habis lebih cepat tanpa repot cari pasar jauh.
7. Dari Skala Kecil ke Bisnis Besar
Jika sudah mahir mengelola 100 ekor ayam dan 1–2 kolam ikan, Anda bisa kembangkan bertahap:
-
Tambah kandang ayam jadi 300–500 ekor.
-
Tambah kolam ikan hingga 4–6 unit.
-
Rekrut 1–2 karyawan untuk bantu operasional.
-
Bangun merek lokal, misalnya “Telur & Ikan Segar Pak Budi”.
Dengan skala ini, bisnis bisa semi autopilot. Anda hanya fokus memantau produksi & pemasaran, sisanya bisa dijalankan karyawan.
Kesimpulan: Bisnis yang Saling Menguntungkan
Bisnis ayam petelur dan ikan bukan hanya dua usaha terpisah, tapi bisa disinergikan menjadi satu ekosistem. Limbah satu usaha jadi manfaat untuk yang lain, biaya lebih hemat, dan pemasukan lebih stabil.
-
Ayam petelur memberi cashflow harian lewat penjualan telur.
-
Kolam ikan memberi cashflow bulanan lewat panen ikan.
-
Keduanya saling melengkapi, tidak membuang apa pun percuma.
Mulai kecil, pahami manajemen, dan bangun jaringan pasar. Dalam beberapa bulan, Anda bisa punya dua sumber pendapatan dari satu lahan yang sama.